PENINGKATAN
PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI MELALUI TEKNIK BUDIDAYA PENGATURAN JARAK TANAM
Oleh
SETYADI
KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN 2014
A.
Latar
Belakang
Berdasarkan
data yang dirilis BPS, produksi padi sawah dari tahun ke tahun produktifitasnya
cenderung stagnan. Peningkatannya masih kecil, bahkan sempat terjadi penurunan
karena terkendala cuaca. Produksi
nasional seakan-akan stagnan pada kirasan 5 ton GKG per Ha, tergolong masih
rendah seperti tertuang dalam tabel berikut.
Tabel. Produktifitas Padi Sawah Nasional dan
Jawa Tengah
No.
|
Tahun
|
Rata-rata Produktivitas Nasional (ton/Ha GKG)
|
Produktivitas Tertinggi (ton/Ha GKG)
|
Produktivitas Jawa Tengah (ton/Ha GKG)
|
1
|
2011
|
4,980
|
6,051
(DI Yogyakarta)
|
5,504
|
2
|
2012
|
5,136
|
6,744
(DI Yogyakarta)
|
5,835
|
3
|
2013
|
5,318
|
6,300
(DI Yogyakarta)
|
5,669
|
4
|
2014
|
5,289
|
6,218
(DI
Yogyakarta)
|
5,412
|
Sumber:
BPS
Pemerintah
terutama Departemen Pertanian harus lebih bekerja keras lagi untuk mencapai
swasembada beras. Inovasi telah dilakukan dengan penelitian untuk mendapatkan
bibit unggul berproduktivitas tinggi. Namun swasembada padi belum dapat
tercapai lantaran masih banyak kendala di lapangan seperti cuaca ekstrem,
penyediaan saprodi yang tidak tepat waktu, alih fungsi lahan, tata niaga padi
sampai harga yang berfluktuatif. Tergerusnya nilai tukar petani mengakibatkan
berkurangnya minat petani menanam padi. Belum lagi kebijakan pemerintah yang
hanya bersifat sementara namun mengakibatkan masalah berkepanjangan. Misalnya
begitu produktivitas turun maka solusi hanya satu yaitu impor beras. Kebijakan
ini sebenarnya sementara namun dampaknya luas, petani yang baru menikmati harga
pantas langsung menderita karena dihantam produk impor. Akibatnya petani malas
menanam padi, mereka beralih pekerjaan atau memilih menanam hortikultura atau
malah perkebunan jangka panjang dan mudah perawatan sebagai sambilan, sementara
petaninya beralih profesi jadi buruh ke kota-kota besar. Hal ini mengakibatkan
permasalahan turunnya produktivitas padi dan menimbulkan masalah baru di
kota-kota tujuan.
Sadeli
Suriapermana sebagai penemu Legowo, telah meneliti di Balai Penelitian Tanaman
Pangan Sukamandi (Balitpa), telah dianugrahi penghargaan Satya Wira Karya no
Kepres no 088/TK/th 1998. Peneliti lain dilakukan Dr Sarlan Abdulrachman,
penemu Si Jarwo, produksi padi menggunakan sistem jajar legowo meningkat 15
persen. Namun di Jambi, hasil panen padi menggunakan sistem jajar legowo malah
dapat mencapai 100 persen. Sejak sistem jajar legowo (Si Jarwo) diteliti tahun
2000, kini telah menuai hasil di berbagai daerah. Bahkan, hasil panen di
lapangan seringkali lebih tinggi daripada percobaan yang dilakukan di demplot.
Sistem jajar legowo yang sudah rekomendasi dari Departemen Pertanian dengan
jarak tanam 20 cm x 20 cm baru mampu menaikkan produktifitas sebesar 15%
dibandingkan tanpa jajar legowo.
Atas
pertimbangan tersebut, peneliti ingin ikut mengembangkan sejak mengenal jajar
legowo di tahun 1994-an untuk dapat meningkatkan produktifitas padi sawah
dengan berbagai kemungkinan variabel. Baru tahun 2005-an diteliti sistem
budidaya yang dapat mengoptimalkan sistem tersebut. Hasil yang diperoleh dengan
rekomendasi Departemen Pertanian, penanaman dengan jajar legowo 51 berjarak
tanam 25 cm x 25 cm baru meningkatkan produktifitas sebesar 14%.
Tahun
2010-an peneliti menggunakan sistem jajar legowo dengan pengaturan jarak tanam,
dengan dasar pemikiran bahwa rata-rata panjang akar tanaman padi sawah adalah
23 cm, maka idealnya jarak tanaman padi sawah adalah 46 cm dengan asumsi bahwa
tanaman akan berbagi makanan secara optimal, sehingga akan menghasilkan
produksi secara maksimal juga. Maka disusunlah penelitian dengan variabel bebas
jarak tanam mulai 25 cm x 25 cm, 28 cm x 28 cm, 32 cm x 32 cm dan terakhir
dengan jarak tanam 35 cm x 35 cm dengan jajar legowo 51. Artinya setiap 5 baris
tanaman terdapat sela 1 baris tanpa tanaman.
B.
Maksud
dan Tujuan
Maksud penelitian adalah
meningkatkan produktifitas tanaman padi sawah di Desa Purwareja Kecamatan
Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara, dengan mengembangkan sistem jajar
legowo yang sudah ada.
Tujuan penelitian ini
adalah meningkatkan produktifitas padi sawah melalui sistem jajar legowo dengan
pengaturan jarak tanam, dan menentukan managemen budidaya tanaman padi yang
tepat agar produktifitasnya optimal.
C.
Manfaat.
Penelitian ini diharapkan
dapat merubah managemen budidaya tanaman padi sehingga terjadi peningkatan
produktivitas yang signifikan. Dengan keberhasilan penelitian ini diharapkan
akan bermanfaat bagi masyarakat luas sehingga mampu meningkatkan produktifitas
padi sawah secara nasional, sehingga dapat menjamin ketersedian pangan secara
swasembada.
Manfaat dari pengembangan
sistem jajar legowo 51 dengan jarak tanam 35 cm x 35 cm telah digunakan di
hampir seluruh Kecamatan Purwareja Klampok yang meliputi 8 desa, hasil
produktifitasnya rata-rata sama dalam keadaan normal mencapai 7 ton/ha GKG untuk
varietas situbagendit atau sekitar 30% di atas rata-rata nasional yang hanya
5,289 ton/ha GKG di tahun 2014. Petani menggunakan sistem ini karena dari
pengamatan sendiri dan pembicaraan mulut ke mulut, namun menggunakan jarak
tanam 28 cm x 28 cm atau 30 cm x 30 cm. Karena merasakan manfaat tersebut maka
tanpa disuruh petugas, sekarang petani di daerah sekitar peneliti menggunakan
sistem ini. Dari hasil pemantauan peneliti, dari semua jenis varietas akan
mampu meningkatkan produktifitas 50%-60% dibanding sistem lama. Bahkan sekarang
menjadi gerakan massal penanaman jajar legowo tingkat kabupaten.
D.
Spesifikasi
Teknik
Menurut Dinas Pertanian, budidaya tanaman padi dimulai dari seleksi bibit. Untuk mendapatkan
kualitas dan hasil panen yang baik, bibit yang dipilih harus bibit yang baik
dan bagus. Dilanjutkan dengan
menyemai bibit, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik perlu menentukan
media tanam bibit atau persemaian bibit. Pengolahan lahan/sawah, dilakukan selagi menunggu bibit sampai
berumur 21 hari atau lebih lahan tempat tanam sudah harus dibereskan atau
digarap sedemikian rupa sehingga nanti setelah benih siap tanam tidak terjadi
kendala. Setelah lahan siap tanam, maka bibit yang sudah berumur 21 hari siap
di pindahkan ke lahan tanam. Jarak tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm atau 25 cm
x 25 cm bisa dengan jajar legowo atau tanpa jajar legowo. Dilanjutkan pemupukan
dengan dosis 150 kg urea pada usia 1 minggu, dan pada umur 30 hari dipupuk
kedua dengan dosis 250 kg NPK setelah dilakukan penyiangan. Lakukan penyemrotan
jika ada rekomendasi dari dinas pertanian bila ada serangan hama. Pengaturan
air juga mutlak dilakukan karena tanaman padi butuh air. Lakukan pengeringan
jika padi mulai menguning. Lakukan pemanen jika padi telah tua, dengan mesin
perontok padi untuk mengurangi kehilangan gabah di sawah.
Berikut teknik budidaya tanaman padi sawah agar dapat
menghasilkan hasil panen yang maksimal, sesuai hasil penelitian.
1.
Seleksi bibit
Untuk mendapatkan kualitas dan hasil panen yang baik, bibit yang
dipilih harus bibit yang baik dan bagus. Langkah penyeleksian ini adalah
sebagai berikut:
a.
Umur padi calon bibit di ambil yang betul-betul sudah matang dan
tua.
b.
Masukkan air kedalam bejana seleksi dan tambahkan garam
secukupnya.
c.
Masukkan telur bebek kedalam air garam tadi. tunggu sampai telur
bebek mengapung.
d.
Kemudian baru masukkan bibit yang sudah diseleksi tadi kedalam
air garam tersebut.
e.
Beberapa diantara bibit tadi ada yang mengapung, kemudian
dibuang.
f.
Bibit
yang tenggelam saja yang dijadikan bibit.
2.
Menyemai bibit
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik perlu menentukan media
tanam bibit atau persemaian bibit. Untuk persemaian bibit perlu diperhatikan
beberapa hal antara lain:
- Tanah yang diambil
untuk menyemai bibit harus tanah yang lebih baik dan bagus.
- Untuk menyemai bisa
kita pakai baki, bejana yang luas dan datar, atau dibuatkan dari papan
yang beralaskan plastik.
- Campur tanah yang
sudah dipilih dengan pupuk kompos atau pupuk kandang
- Jika di lahan sawah,
ratakan tanah, tinggikan tanah dengan sistem buludan.
- Taburkan bibit yang
sudah diseleksi dimedia semai.
- Jaga kelembaban
semaian benih.
- Tunggu sampai benih
berumur 5 hari.
- Berikan pupuk kimia
agar cepat tumbuh tinggi.
3.
Pengolahan Lahan/Sawah.
Sementara kita menunggu bibit sampai berumur 21 hari atau lebih
lahan tempat tanam sudah harus dibereskan atau digarap sedemikian rupa sehingga
nanti setelah benih siap tanam tidak terjadi kendala. Untuk pengolahan lahan
tersebut sebagai berikut:
- Sawah yang sudah
selesai dipanen jerami atau daun padi bekas panen hendaknya jangan dibakar
atau dibuang biarkan lapuk di sawah (lahan) karena ini bisa dijadikan
kompos.
- Lahan sudah dibajak
diratakan dan dipetak-petak agar kita lebih mudah mengontrol airnya.
- Lahan diratakan dan
usahakan air sawah itu hanya berada di petak artinya air lahan
macak-macak.
- Buat selokan kecil di
pinggir pematang selebar ± 15 cm untuk mengurangi serangan keong mas,
sehingga tidak menyerang tanaman lain. Sehingga mudah mengambil keong mas,
atau kalau terjadi serangan hebat maka hanya tanaman pinggir yang perlu
disulami.
- Garislah lahan dengan
ukuran jarak garis 35 cm x 35 cm.
- Dua hari sebelum tanam
lahan di taburi pupuk sebaiknya pupuk yang dipakai adalah pupuk organik,
tergantung kemampuan petani.
4.
Cara Tanam
Setelah lahan siap tanam, maka bibit yang sudah berumur 21 hari
siap di pindahkan ke lahan tanam. Untuk menanam padi caranya sebagai berikut:
- Untuk bibit dibuludan
dengan cara dicabut secara hati-hati agar akar tidak banyak yang tercabut.
- Tanam
benih di lahan dengan jarak tanam 35 cm x 35 cm sistem jajar legowo 51 dengan alat penggaris dan diisi
sebanyak 2 sampai 3 batang per lubang.
- Menanam benih jangan
sampai dibenam terlalu dalam seperti menanam benih ala konvensional.
- Jaga lahan jangan
sampai digenang air terlalu banyak.
5.
Perawatan
Untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal harus dilakukan
perawatan yang intensif. Dan perawatan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan
perawatan tanam padi yang sering dilakukan para petani. Beberapa langkah
perawatan yang perlu dilakukan adalah;
a. Setelah penanaman selama 3 hari usahakan jangan tergenang air
tapi tanah basah.
b. Setelah padi berumur 5 hari setelah tanam, pupuk dengan pupuk
urea dan organik dengan dosis 150 kg urea per Ha (untuk pupuk organik
diserahkan kepada masing-masing kemampuan petani) dengan cara ditabur.
c. Sulami tanaman yang mati dan beri air macak-macak dengan 4 hari
kering 3 hari basah.
d. Umur 20 hari tanam disiangi kemudian dipupuk urea dan NPK dengan
dosis 150 kg urea per Ha dicampur 100 kg NPK per Ha dengan cara diberikan per
tanaman dengan jarak 5 cm dari tanaman dengan tenaga 3 orang selama 1 hari per
Ha.. Atau dosis 150 kg urea dan 150 NPK dengan cara ditambur.
e. Umur 25 hari setelah tanam ketinggian air bisa ditambah, tapi
tetap 4 hari kering 3 hari basah.
f. Umur 40 hari ulangi pemupukan dengan menyemprot pupuk cair
dengan kadar N yang tinggi atau pupuk daun.
g.
Lakukan penyemprotan jika
ada hama atau penyakit dengan petunjuk yang ada. Waspadai hama wereng, sundep/penggerek
batang, kresek-Xantomonas di musim
penghujan.
h. Umur 50 hari kembali lagi disemprot dengan pupuk buah untuk pembuahan.
i. Pertumbuhan padi yang baik dan bagus adalah untuk satu rumpun
menghasilkan 20 sampai dengan 30 batang padi.
j. Umur 60 hari kembali lagi disemprot dengan pupuk buah untuk pembuahan.
k. Setelah usia 2 bulan genangilah air sawah agar pertumbuhan anak
padi tidak bertambah, karena dapat mengurangi hasil panen.
l. Perlu pengontrolan yang ketat akan hama dan penyakit, karena pada
usia setelah 2 bulan sangat rentan terhadap hama dan penyakit.
m. Jaga air tetap tinggi dengan 4 hari kering 3 hari basah sampai
bulir padi merunduk.
n. Setelah malai keluar satu dua tanaman segera semprot dengan
fungisida, dan peptisida jika ada hama.
o. Setelah bulir padi mulai merunduk, air mulai dikurangi sampai
kering menjelang 10 hari akan panen.
6.
Pemanenan
Pemanenan merupakan tahapan yang paling penting bagi petani,
untuk itu perhatikan hal berikut:
- Usahakan panen jangan
terlalu tua, jika bulir paling bawah telah kuning dan keras segera lakukan
pemanenan.
- Pemotongan padi saat
panen jangan terlalu pagi, sehingga tidak terlalu basah.
- Gunakan mesin pemanen
(power thresser) untuk mengurangi bulir padi yang hilang saat panen.
E.
Keunggulan
1.
Produktifitas
Kondisi awal sebelum penelitian tindakan dilakukan hasil
observasi didapatkan data seperti dalam tabel berikut.
Tabel. Kondsi sebelum penelitian
No.
|
Deskripsi
|
Produktivitas per 1/7 Ha (Ku
GKG)
|
Produktivitas per Ha (Ton GKG)
|
1
|
Jarak tanam 25 cm tanpa jajar legowo
|
7
|
4,9
|
Hasil
penelitian dari pengaturan jarak tanam terhadap produktifitas padi sawah dapat
dilihat pada data yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel. Produktifitas Padi
Rata-Rata (GKG) Berbagai Ukuran
No
|
Deskripsi
|
Produktivitas per 1/7 Ha (Ku
GKG)
|
Produktivitas per Ha (Ton GKG)
|
Prosentase Peningkatan
|
1
|
Jarak tanam 25 cm tanpa jajar legowo
|
7
|
4,9
|
0
|
2
|
Jarak tanam 25 cm dengan jajar legowo 51*)
|
8
|
5,6
|
14
|
3
|
Jarak tanam 28 cm dengan jajar legowo 51*)
|
9,5
|
6,65
|
35,7
|
4
|
Jarak tanam 32 cm dengan jajar legowo 51*)
|
10,5
|
7,35
|
50
|
5
|
Jarak tanam 35 cm dengan jajar legowo 51*)
|
11,2
|
7,84
|
60
|
Catatan:
*) Jajar legowo 51 artinya setiap 5 baris
tanaman baris ke enam kosong 1 baris demikian terus berulang.
Dengan jarak
tanam 35 cm x 35 cm jajar legowo 51 meningkatkan jumlah batang per rumpun
rata-rata mencapai 40 batang. Jumlah anakan produktif per rumpun meningkat
mencapai rata-rata 35 batang dengan rata-rata anakan tidak produktif 5 batang.
Berikut disajikan tabel jumlah anakan produktif.
Tabel. Jumlah Anakan
Produktif Berbagai Ukuran
No
|
Deskripsi
|
Jumlah rata-rata batang per
rumpun
|
Jumlah rata-rata anakan
produktif
|
Prosentase Peningkatan
|
1
|
Jarak tanam 25 cm tanpa jajar legowo
|
15
|
12
|
0
|
2
|
Jarak tanam 25 cm dengan jajar legowo 51*)
|
15
|
13
|
8,33
|
3
|
Jarak tanam 28 cm dengan jajar legowo 51*)
|
20
|
18
|
50
|
4
|
Jarak tanam 32 cm dengan jajar legowo 51*)
|
30
|
27
|
125
|
5
|
Jarak tanam 35 cm dengan jajar legowo 51*)
|
40
|
35
|
191,67
|
Banyaknya rumpun pada lahan per 1/7 hektar terlihat bahwa ukuran
25 cm x 25 cm paling banyak, tetapi jumlah batang menunjukkan paling sedikit.
Berikut tabel banyaknya rumpun dalam lahan penelitian.
Tabel. Jumlah batang produktif per 1/7 Ha
No
|
Deskripsi
|
Jumlah rata-rata rumpun per
1/7 Ha
|
Jumlah rata-batang produktif
per 1/7 Ha
|
Prosentase peningkatan
|
1
|
Jarak tanam 25 cm tanpa jajar legowo (sebelum)
|
22.400
|
268.800
|
0
|
2
|
Jarak tanam 25 cm dengan jajar legowo 51*)
|
26.600
|
345.800
|
28,65
|
3
|
Jarak tanam 28 cm dengan jajar legowo 51*)
|
17.857
|
321.426
|
19,58
|
4
|
Jarak tanam 32 cm dengan jajar legowo 51*)
|
13.672
|
369.144
|
37,33
|
5
|
Jarak tanam 35 cm dengan jajar legowo 51*)
|
11.429
|
400.015
|
48,82
|
Dengan asumsi rata-rata per malai terdapat 100 butir akan
terlihat hasil produktifitas yang signifikan pada jarak tanam 35 cm x 35 cm
jajar legowo 51. Berikut tabel jumlah butir dari berbagai ukuran jarak tanam.
Tabel. Jumlah butir per 1/7 Ha
No
|
Deskripsi
|
Jumlah batang produktif
|
Jumlah rata-rata butir
|
Prosentase peningkatan
|
1
|
Jarak tanam 25 cm tanpa jajar legowo (sebelum)
|
268.800
|
26.880.000
|
0
|
2
|
Jarak tanam 25 cm dengan jajar legowo 51*)
|
345.800
|
34.580.000
|
28,65
|
3
|
Jarak tanam 28 cm dengan jajar legowo 51*)
|
321.426
|
32.142.600
|
19,58
|
4
|
Jarak tanam 32 cm dengan jajar legowo 51*)
|
369.144
|
36.914.400
|
37,33
|
5
|
Jarak tanam 35 cm dengan jajar legowo 51*)
|
400.015
|
40.001.500
|
48,82
|
Dengan asumsi bahwa setiap 1000 butir padi mempunyai massa 28
gram maka terlihat peningkatan yang signifikan pada penelitian tindakan yang
keempat yaitu berupa pola tanam jarak 35 cm x 35 cm sistem jajar legowo 51.
Tabel. Produktifitas per 1/7 Ha
No.
|
Deskripsi
|
Jumlah rata-rata butir
|
Produktifitas per 1/7 Ha (kg)
|
Prosentase peningkatan
produksi
|
1
|
Jarak tanam 25 cm tanpa jajar legowo (sebelum)
|
26.880.000
|
752,64
|
0
|
2
|
Jarak tanam 25 cm dengan jajar legowo 51*)
|
34.580.000
|
968,24
|
28,65
|
3
|
Jarak tanam 28 cm dengan jajar legowo 51*)
|
32.142.600
|
899,99
|
19,58
|
4
|
Jarak tanam 32 cm dengan jajar legowo 51*)
|
36.914.400
|
1.033,6
|
37,33
|
5
|
Jarak tanam 35 cm dengan jajar legowo 51*)
|
40.001.500
|
1.120,04
|
48,82
|
Terlihat
bahwa terjadi peningkatan produktifitas riil hasil penelitian seperti tabel
mencapai 60% dibandingkan sebelum penelitian tindakan. Sedangkan dengan
analisis perhitungan berdasarkan asumsi-asumsi yang diberikan dinas pertanian
terjadi peningkatan sebesar 48,82%. Disini terjadi selisih 11,18%, hal bisa terjadi karena asumsi rata-rata per malai 100 butir
dan asumsi tiap 1000 butir bermassa 28 gram. Karena riilnya terjadi peningkatan
mencapai 60% maka asumsi itu mungkin
sudah tidak sesuai, artinya untuk varietas situbagendit rata-rata per 1000
butir tidak 28 gram namun lebih dari 28 gram. Atau jumlah butir per mlai lebih
dari 100 butir hal terlihat dari hasil penelitian bahwa panjang malai dalam
satu rumpun terlihat seragam.
2.
Keunggulan
Pada penelitian
ini dilakukan pengukuran tanaman padi dewasa panjang akar rata-rata 23 cm.
Dengan dasar pemikiran bahwa tanaman akan tumbuh kembang baik jika akar tanaman
dapat mengambil hara tanah tanpa berebut dengan tanaman lain, maka dilakukan
penelitian meningkatkan produktivitas tanaman padi dengan pengaturan jarak
tanam yang tepat. Penelitian menggunakan varietas situbagendit dalam lahan yang
sama selama 3 tahun. Produktivitas hasil dilakukan riil tanpa sistem ubinan.
Hasilnya terjadi produktivitas meningkat secara signifikan. Hasil sebelum
menggunakan sistem ini adalah 7 kuintal sedangkan dengan sistem jarak 35 cm
hasilnya menjadi 11,2 kuintal sehingga terjadi peningkatan sebesar 4,2 kuintal atau 60%
Dalam pengaplikasikan di
lahan 1 Ha yang riil dihasilkan 6,8 ton GKG tanpa menggunakan sistem ubinan,
karena terkendala kekurangan air sejak mulai keluar malai. Namun dapat terlihat
saat pemanenan bahwa jumlah gabah banyak yang hampa bagian bawah malai karena
kekurangan air. Diperkirakan jika dalam kondisi normal akan menghasilkan 7,5 ton
GKG
3.
Keunggulan
dibanding dengan sistem lain
a. Jumlah
rumpun sedikit namun jumlah batang per rumpun dapat banyak, per m2
dapat mencapai 800 batang. Dengan
batang yang tidak produktif 48 batang, sehingga
terdapat 752 batang produktif.
b. Jumlah
malai yang panjang lebih banyak. Panjang malai hampir seragam anatar induk dan
anakan sehingga jumlah butir per malai hampir seragam.
c. Lebih
hemat bibit tanaman.
d. Lebih
hemat pupuk.
e. Potensi
hasil sangat baik, jika per m2 terdapat 752 batang produktif dengan
jumlah 100 bulir per malai maka akan ada 75200 bulir padi, atau 2105,6 gram jika
dibulatkan 2,1 kilogram padi. Jika 1 Ha berarti akan dihasilkan 21000 kilogram atau 21
ton GKP per Ha, atau setara 15,75 ton GKG per Ha.
Jika asumsi kehilangan pasca panen 20% maka akan didapat hasil panen 12,6 ton GKG.
4.
Keunggulan
dibandingkan teknik penanaman padi sistem konvensional
Pada sistem
konvensional banyak batang tidak produktif bisa mencapai 28 %, sehingga jumlah
batang produktif hanya 500 per m2.
Sistem konvensional memerlukan banyak bibit karena bibit 5-6 batang per lubang,
juga banyak pupuk yang hilang karena kurang tepat dosis sehingga banyak yang
menguap dan tercuci. Produktivitas rendah 4,9 ton GKG per Ha, karena malai
panjang hanya 5-6 batang dan 15 batang bermalai pendek.
5.
Keunggulan
dibandingkan teknik penanaman padi sistem jajar legowo biasa
Pada sistem jajar
legowo biasa (Dinas Pertanian) dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25
cm masih banyak batang yang tidak produktif. Bibit yang diperlukan lebih
banyak. Jajar legowo yang terbaik dengan 31. Produktivitas sistem jajar legowo
mampu meningkatkan 14,29 %, walaupun jumlah
rumpum per m2 sudah meningkat dan menghemat pupuk.
6.
Keunggulan
dibandingkan teknik penanaman padi sistem SRI
Pada sistem SRI
menanam pada umur 10 hari sangat rentan serangan hama seperti keong mas,
belalang, atau serangga perusak akar tanaman (Jawa: orong-orong). Apalagi jika serangan berat, tanaman hanya mampu
bertahan 1 hari 1 malam. Biaya tanam sistem ini cukup mahal bisa mencapai 2
kali tanam biasa. Bibit bisa lebih hemat. Pemupukan relatif sama. Hasil
produktivitasnya mampu meningkatkan sekitar 20 %.
F.
Penerapan
pada Masyarakat dan dunia industri.
Selain
diterapkan oleh petani di desa Purwareja juga telah diterapkan di desa lain.
Hasil penelitian telah diterapkan masyarakat di desa Susukan Kecamatan Susukan
dengan jarak tanam 34 cm tanpa jajar legowo dengan produktivitas 7 ton GKG per
Ha untuk varietas ketan ketonggo. Beberapa kecamatan sekarang gencar aplikasi
tidak langsung ukuran 35 cm x 35 cm tapi bertahap mulai ukuran 28 cm x 28 cm
terlebih dahulu. Baru musim tanam berikutnya berani menambah jarak tanam,
setelah merasakan peningkatan hasil yang signifikan. Dari hasil pemantauan
didapatkan, jumlah batang rata-rata 45 batang per rumpun,
dengan 3-5 batang tidak produktif. Padahal varietas ketan biasanya
produktivitasnya lebih rendah dibanding varietas padi biasa. Rendemen dari
panen juga baik sekitar 68, artinya dari 100 kg GKG dihasilkan beras 68 kg.
1.
Kendala
Pemupukan diharapkan tepat
waktu, namun penyediaan pupuk menjadi kendala paling utama karena sering
terjadi saat petani membutuhkan pupuk sulit didapatkan. Jika pemupukan
terlambat maka jumlah anakan dalam rumpun akan berkurang. Kendala berikutnya
adalah semakin banyaknya jenis hama dan penyakit. Serangan hama penggerek
batang dapat mengurangi produksi sampai 25%, sedangkan hama kresek atau Xantomonas dapat mengurangi 20%.
Serangan hama wereng dapat mengurangi sampai 50%. Cuaca juga merupakan kendala
yang sulit dihadapi para petani.
2.
Budaya
Kendala
tersulit adalah kurangnya kepercayaan masyarakat atas hasil penelitian,
sehingga butuh waktu terlalu lama untuk mengikuti hasil penelitian dan
pengembangan teknologi.
G.
Prospek
Pengembangan
Perlu
dikembangkan penelitian tindakan dengan sistem jajar legowo jarak tanam 40 cm atau
45 cm dengan asumsi bahwa panjang akar 23 cm maka akan tumbuh kembang optimal
pada jarak tanam 2 x 23 cm atau 46 cm. Sedang diujicoba juga untuk berbagai
varietas. Jika sistem ini bisa berjalan maka swasembada beras akan segera
tercapai, akan meningkatkan ketahanan pangan yang pada gilirannya akan
memperkuat ketahanan nasional.
Jika
produksi berlebih dapat disimpan untuk cadangan menghadapi perubahan iklim yang
sudah mulai nyata dampaknya. Perlu managemen penyimpanan yang baik. Dengan
meningkatnya bencana hidrometrologi maka musim tanam I awal tahun pada musim
hujan maka diharapkan dapat tertutup produktivitas pada musim tanam II pada
musim kemarau. Maka memunculkan prospek untuk penelitian managemen stok. Perlu
penelitian agar gabah atau beras dapat disimpan lebih lama dengan kualitas yang
tetap terjaga baik.
Belum
lagi sekarang pemerintah mulai gencar menerapkan hasil-hasil penelitian untuk
disebarluaskan ke masyarakat maupun dunia industri, diharapkan akan memunculkan
budaya melek penelitian. Tidak perlu menunggu waktu lama, masyarakat akan
tertarik menggunakan teknologi baru. Dengan terciptanya budaya masyarakat akan
penerapan teknologi, maka akan memicu masyarakat juga ikut mencoba melaksanakan
penelitian sederhana (trial and error).
Memunculkan prospek masyarakat suka meneliti.
Tidak
lupa peran petugas di lapangan yang menjadi ujung tombak pemerintah, segera
berbenah diri untuk mengembangkan diri. Sering terjun ke lapangan maka akan
menambah kepercayaan diri untuk berhadapan dengan petani. Sehingga akan
menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap petugas. Dengan demikian maka
penyebaran informasi teknologi akan segera dapat dirasakan oleh kalangan
petani. Memunculkan prospek untuk saling percaya antar komponen atau pihak yang
terlibat (stakeholder).
LAMPIRAN
Alat
penggaris Sistem jajar
legowo (Dinas Pertanian)
Menanam padi tanaman berjarak 35
cm
BIO
DATA PESERTA
Nama : Setyadi
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 08 Nopember 1967
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Prestasi yang pernah
diperoleh :
1.
Juara 2 Guru Teladan tingkat Kabupaten
2.
Penerima Sains Education Award
3.
Simposium Nasional Keberhasilan Dalam
Pembelajaran.
4.
Simposium Nasional Olimpiade Sains
5.
Mengikuti Pameran International Nagoya,
Jepang
6.
Juara harapan 1 Krenova tingkat Kabupaten
7.
Juara III Krenova tingkat Kabupaten
Alamat rumah :
Purwareja RT 04 RW X Kec. Purwareja Klampok Kab. Banjarnegara
No. HP :
089655906962