SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOGKOSUTO

Kamis, 26 Februari 2009

SULITNYA MENCETAK MANUSIA JUJUR

Sebagai guru mungkin sudah biasa mentransfer ilmu pengetahuan, tapi untuk satu hal ini paling sulit untuk menstranfer ilmu tentang karakter atau perilaku yang baik. Selama ini guru hanya mengandalkan pengetahuan saja, karena memang masyarakat baru bisa menilai keberhasilan pendidikan dari apa yang dapat dilihat dan diukur dengan mudah yaitu pengtahuan. Cukup dengan tes atau ujian saja orang sudah bisa melihat apakah seorang anak pintar atau tidak. Apalagi pemerintah mengadakan Ujian Nasional (UN) yang hasilnya dengan mudah dapat dilihat karena korektornya adalah komputer.

Padahal teorinya bahwa hasil belajar bukan pengetahuan namun perubahan tingkah laku dan pola pikir. Jika hal ini tidak segera dibuat alat uji yang dapat mengetahui tentang perilaku karakter seorang siswa. maka dapat waktu dekat akan terjadi perilaku korup yang sulit diberantas. Karena perilaku salah tersebut telah membudaya di masyarakat dan tidak usaha untuk mendidik masyarakat bahwa itu tidak benar atau salah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa di manapun telah terjadi korupsi secara berjamaah. pada birokrasi dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi semua telah terjadi tindakan menyimpang. Karena hal menyimpang dianggap biasa maka selalu terjadi dan tidak dianggap salah baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah.



Dari pengalaman siswa yang jujur hanya berkisar 25%. Dan anehnya mereka yang jujur adalah siswa yang tekun, pekerja keras, dari keluarga yang berkomitmen baik terhadap perilaku baik, dan pandai. Sedangkan sisanya (sekitar 75%) adalah tidak jujur. mereka adalah siswa yang tidak pandai, curang malas, dari keluarga yang cukup, dari keluarga yang kurang berkomitmen baik terhadap perilaku baik. Dengan mahalnya biaya pendidikan maka manusia jujur semakin sulit terujud. Dari data tersebut maka bisa diyakini siswa-siswa yang jujur sulit bersekolah. Artinya manusia yang tidak jujur justru dapat dengan mudah mengakses pendidikan. Berarti yang calon menjadi pemimpin-pemimpin yang akan datang adalah manusia yang tidak jujur. Akhirnya mereka memperoleh pendidikan tinggi adalah mereka yang tidak jujur. Dan pada akhirnya mereka dengan berbekal ketidakjujuran akan mengisi jabatan-jabatan di pemerintahan tentunya dengan penghasilan yang baik. Sehingga jurang kemiskinan semakin lebar. Dan ini akan terjadi dalam 10 tahun yang akan datang. Siapapun pemimpinnya.

Sekarang ini saja sudah banyak pemimpin yang berkomitmen baik, sulit menata bawahannya karena mereka berorientasi uang tanpa kemampuan yang memadai. pemimpin-pemimpin instansi pelayanan publik yang sudah merasakan. Kepala sekolah sudah kebingungan dengan kualitas guru yang rendah dan kinerja yang rendah namun tuntutan keuangan yang makin tinggi. Di semua jenjang kelas didemo siswa karena kurang mampu mengajar. Akhirnya Kepala sekolah kesulitan menata karena si Guru juga mendapat tekanan dari masyarakat sementara Kepala sekolah juga sulit karena misalnya juga seorang PNS.

Yang lebih mengkhatirkan adalah layanan kesehatan, dengan seiring era keterbukaan masyarakat berani mengadakan koreksi atas pelayanan yang diterima. Pemimpin rumah sakit juga mengalami hal yang sama, tenga kesehatan yang berkualitas akan menimbulkan masalah. Malpraktek merupakan hal yang sulit lagi ditutup-tutupi. Tenaga kesehatan di bangsal manapun ditolak pasien, akan menjadi persolan yang serius karena berhubungan dengan nyawa orang.

Peraturan di bidang pelayanan publik, hendaknya pemerintah harus ketat dan selektif. Namun pada era yang akan datang yang ada hanya manusia yang berpendidikan dengan moralitas yang rendah. Sehingga yang memenuhi persyaratan untuk lowongan yang ada adalah mereka semua.

Akankah ini semua terjadi, kita semua yang mampu mengubahnya. Tidak ada yang mampu mengubah suatu kaum jika kaum itu sendiri tidak mengubahnya. Bersambung.

0 komentar until now.

Posting Komentar

Powered By Blogger